Bagaimana cara menolak/menangkal Santet!


Seperti yang sering kita dengar-dengar bahkan menjadi kisah nyata bagi sebagian masyarakat yang mempercayainya.

Terlepas dari fenomena santet yang memang santer, beberapa waktu yang lalu di Jawa Timur kembali merebak kasus penuduhan dukun santet, yang mengingatkan kita pada peristiwa penganiayaan/ pembunuhan tersangka dukun santet di Banyuwangi (gambar 1 dan 2).
Mayat tanpa kepala
seseorang yang dituduh dukun santet

Santet SMS atau SMS Merah! dan juga SMS Teror/Ancaman Pocong (gambar 3 dan 4). Isi SMS yang bisa mempengaruhi psikis/kejiwaan si penerima SMS. Hingga hilang ingatan, stress dsb. Astaghfirullah....

Santet memang masih kontroversial. Banyak masyarakat yang mempercayainya, tapi tidak sedikit pula yang menganggapnya hal klenik yang tak masuk akal. Kita sampai pada pertanyaan menarik : apakah santet masuk akal? Apakah santet bisa dibuktikan? Bagi saya, santet  masuk akal (rasional).

Menurut hipotesis Penulis yang juga Guru Besar Padepokan Supranatural Tenaga Dalam Langit Pitu, mekanisme santet memenuhi teori dualisme cahaya/gelombang elektromagnetik. Cahaya atau gelombang elektromagnetik memiliki sifat dualisme, sifat ganda, yakni sebagai partikel dan gelombang. Cahaya misalnya diemisikan dan diabsorpsi dalam bentuk kuanta atau foton. Foton adalah partikel jenis khusus yang tak bermassa dan selalu bergerak dengan kecepatan cahaya. Namun ketika partikel cahaya ini berpindah dan melalui ruang, cahaya tampak sebagai medan listrik dan medan magnetik bergetar yang menunjukkan perilaku gelombang.

Sedangkan mekanisme transmisi santet bisa dianalogikan dengan mekanisme transmisi pada telekomunikasi: ada pengirim, pesan yang dikirim, media pengiriman dan penerima pesan. Pesan dari gelombang santet adalah

destruktif.
Tapi untuk memahami mekanisme santet, kita masih membutuhkan satu teori lagi, yaitu teori tentang ruh (jiwa).Sayangnya teori tentang ruh yang dipahami oleh manusia masih sangat terbatas dan akan tetap menjadi suatu hal yang misterius sampai hari kiamat.Tapi setidaknya kita akan mengambil teori dasar ruh yang dipahami umum oleh manusia, bahwa manusia itu terdiri dari jasad (badan) dan ruh, sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Nah, santet itu pada hakikatnya adalah menyerang  ruang antara jasad dan ruh melalui suatu gelombang energi. Ruang antara jasad dan ruh yang terserang kiriman energi ini akan memberi efek pada jasad manusia. Sayangnya ilmu kedokteran konvensional kesulitan membuktikan adanya serangan santet, karena sudah berada di luar ranahnya.

Bagaimana menangkal atau mengobati santet?

Dengan memahami bahwa santet menyerang ranah antara jasad dan ruh, maka kita akan sangat mudah untuk memahami bagaimana cara penangkalan dan penyembuhannya. Ada dua macam cara penangkalan santet :
  1. cara Mekanika Gelombang
  2. cara Spiritual. Sedangkan cara spiritual itu sendiri masih bisa dibagi menjadi 2 macam lagi, yaitu Spiritual Humanis dan Spiritual Religius. Apa bedanya?
  3. Cara Spiritual Religius
  1. Cara Mekanika Gelombang

    Cara ini menangkal santet dengan menggunakan teori mekanika gelombang. Bahwa gelombang energi santet harus ditangkal dengan membuat gelombang energi yang bersifat destruktif atau menahan  gelombang santet yang datang tersebut. Penulis pernah mendengar sudah ada insinyur yang membuat alat penangkal santet. Penulis menduga bahwa penemu itu menggunakan teori mekanika gelombang ini. Yang menjadi layak untuk diacungi jempol adalah bagaimana insinyur tersebut meneliti karakteristik gelombang energi santet! Sebab di situlah terletak kunci untuk memahami penangkalannya..


  2. Cara Spiritual Humanis

    Menangkal santet dengan cara ini menggunakan teori kejiwaan. Bahwa jiwa yang kuat mampu menahan gangguan eksternal. Meski kekuatan jiwa tidak bisa diukur namun ia mampu dilihat dari ketenangan jiwa, semakin tenang kejiwaan seseorang, semakin kuat kejiwaannya. Orang yang jiwanya
    kuat tidak bisa dipengaruhi oleh gangguan eksternal.


    Lantas bagaimana menguatkan kejiwaan seseorang? Kekuatan jiwa seseorang tidak bisa diperoleh begitu saja, ia diperoleh melalui proses yang panjang, yang dilatih dari sikap penghargaan terhadap hidup serta terhadap kehidupan sekelilingnya. Kekuatan spiritual ini relatif dekat bahkan sangat dekat dengan kekuatan spiritual religius. Semakin kuat religiusitas seseorang maka semakin kuat kejiwaannya. Dengan sering mengikuti kegiatan keagamaan maka kita akan merasa mempunyai Power lebih yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan kita masing-masing. Seperti Tasyakuran dan Istighosah (gambar 5 dan 6), Insya Allah dapat mempertebal iman kita. Amien.

  3. Cara Spiritual Religius    Cara ini sesuai dengan namanya memang bersadarkan prinsip religius. Bahwa jiwa/ruh itu dikuasai oleh Tuhan. Bahwa Tuhan Maha Mengetahui dan Menguasai segala apa yang ada di semesta. Analogi sederhananya seperti ini. Jika Anda sedang berjalan dan diganggu oleh seekor anjing, apa yang akan Anda lakukan? Jika anda melawan anjing dengan mengambil batu atau pemukul, berarti anda memakai cara mekanika gelombang. Jika Anda malah berjongkok dihadapan anjing tersebut dan bersikap seolah-olah menggonggong anjing untuk menakut-nakutinya, berarti Anda memilih cara Spiritual Humanis. Tapi jika Anda memanggil pemilik anjing tersebut, agar ia menjinakan anjingnya, berarti Anda memilih cara spiritual religius. Dan memang cara ketiga inilah cara yang paling mudah dan sederhana, tapi yang paling ampuh!

    Semua Teori, konsep dsb... yang saya uraikan di edisi kemarin maupun edisi ini, semua kembali pada diri kita masing-masing. Di bulan Puasa Yang Penuh Berkah ini hendaklah kita semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Diantaranya dengan bersedekah berarti kita telah membersihkan harta yang mungkin menjadi sebab musabab santet dsb.(gambar 7).

Pesan saya,janganlah memutuskan suatu masalah dengan gegabah. Kalau memang kita mengalami Santet, tenung, jengges dsb apapun namanya. Alangkah bijaknya bila kita memeriksakan diri secara ilmiah dahulu (ke dokter, Rumah Sakit), baru setelah tidak ada tindakan atau tidak ada jalan keluar kita memilih cara alternatif.

Semua benar!kita harus menghargai jasa-jasa dokter dan juga dukun tentunya. Jaman dahulu kalau tidak ada mereka (dukun bayi, pijat, suwuk dsb.), bagaimana? Hingga sekarang juga masih banyak. Walaupun masing-masing dari kita mempunyai pendapat berbeda. Allah SWT Sebagai Penentu! Benar dan Tidaknya..... Barokallah...! Wallahualam..

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar