Mukjizat Sholawat

Mukjizat Sholawat - Tentang shalawat dapat membuat wajah dan hati bersinar, Ibnul Jawzi mengutip berita yang disampaikan oleh Abdul Wahid bin Zayd.

Abdul Wahid bin Zayd bercerita, ‘Suatu kali aku keluar rumah menuju Baytullah al-Haram untuk melaksanakan haji. Di tengah jalan aku ditemani oleh seseorang yang seakan-akan tidak mau berdiri dan duduk, tidak mau datang dan pergi, tidak mau makan dan minum, tidak mau tidur, kecuali ia banyak membaca shalawat kepada Nabi. Lalu aku bertanya kepadanya mengapa ia banyak membaca shalawat.

Ia menjawab, ‘Aku akan menceritakan kepadamu sebuah kisah ajaib. Suatu hari aku pergi menuju Mekkah bersama ayahku. Dalam perjalanan, kami singgah di suatu kampung. Pada saat itulah, aku tertidur. Dalam tidurku aku mendengar suara yang berkata kepadaku, ‘Wahai Fulan, bangunlah. Sesungguhnya Allah sudah mematikan ayahmu dalam keadaan wajahnya hitam legam’. Seketika itu juga aku terbangun, dan aku lihat ayahku sedang berbaring dalam keadaan tertutup wajahnya. Lalu aku singkap kain yang menutupi wajah ayahku, dan aku dapatkan ayahku sudah meninggal dan wajahnya hitam legam. Aku begitu sedih dengan kejadian itu, sehingga aku kembali tertidur. Pada saat tidur itu, aku bermimpi melihat 4 malaikat yang berwajah hitam di dekat kepala ayahku, dan 4 malaikat berwajah hitam di dekat kaki ayahku. Di tangan malaikat-malaikat tersebut ada tongkat-besi yang diambil dari neraka untuk menyiksa ayahku. Pada saat aku memperhatikan apa yang akan dilakukan malaikat-malaikat tersebut kepada ayahku, maka datanglah seorang laki-laki yang dari wajahnya memancar cahaya.

Laki-laki itu mendatangi para malaikat tersebut sambil berkata, ‘Tinggalkan dia’. Maka malaikat-malaikat tersebut meninggalkan ayahku sampai aku tidak lagi melihat 4 malaikat itu. Lalu laki-laki itu mendatangi ayahku dan mengusap wajah ayahku dengan tangannya. Maka, wajah ayahku menjadi sangat putih, melebihi putihnya salju, dan wajah ayahku menjadi bersinar.

Lalu laki-laki itu mendatangiku dan berkata, ‘Allah sudah memutihkan wajah ayahmu dan menghilangkan hitam dari wajahnya’.

Aku bertanya kepadanya, ‘Siapakah engkau? Semoga Allah membalas perbuatanmu dengan kebaikan’.

Laki-laki itu berkata, ‘Aku adalah Muhammad Rasulullah’. Aku berkata kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, apa sebabnya engkau mendatangi ayahku?’

Rasulullah menjawab, ‘Semasa hidupnya, ayahmu memang sering melakukan kesalahan. Meskipun demikian, ayahmu banyak membaca shalawat kepadaku. Ketika ia sedang dicabut nyawanya, ia minta tolong kepada Allah dengan perantaraanku. Aku adalah penolong bagi siapa saja yang banyak membaca shalawat kepadaku’.

Setelah itu, aku terbangun dari tidurku. Lalu aku membuka kain yang menutup wajah ayahku, dan aku lihat wajah ayahku menjadi putih. Aku segera mengurus kematiannya dan menguburkannya. Sejak saat itu, aku tidak pernah lepas dari membaca shalawat kepada Nabi’.

Mengomentari kisah tersebut, Ibnul Jawzi berkata, ‘Kalau shalawat dapat membuat wajah bersinar di saat mati, maka lebih layak lagi kalau shalawat juga dapat membuat hati menjadi bersinar ketika masih hidup. Atas dasar itulah, Allah menjadikan pribadi Rasulullah sebagai ‘sinar’. Allah menamai diri Rasulullah sebagai ‘pelita yang menyinari’ (sirajan muniran).
Allah Swt berfirman, “Ada. Dia seorang nabi dari keturunanmu yang lebih mulia di samping-Ku. Dan jika tidak karena dia, Aku tidak menciptakan langit, bumi, surga dan neraka.”
***
Itu sepenggal dialog antara Nabi Adam dengan Allah Swt., ketika Allah SWT menciptakan Nabi Adam setelah membukakan penglihatan matanya, pada saat itu Nabi Adam memandang ‘Arasy dan melihat tulisan “Muhammad.”

Maka setelah bersujud, Nabi Adam berkata, “Duhai Tuhanku, adakah orang yang lebih mulia di samping-Mu selain aku?”

Lalu, Allah menciptakan Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam a.s. Nabi Adam mengarahkan pandangannya ke atas dan terlihatlah olehnya satu makhluk Allah yang lain dari dirinya. Ia seorang wanita cantik jelita yang karenya Allah SWT memberikan rasa syahwat kepada Nabi Adam. Sujudlah Nabi Adam kepada Allah, dan bertanya,

“Duhai Tuhanku, siapakah gerangan ini?”

Allah berfirman,”Itu Hawa,”

“Nikahkanlah aku, ya Allah, dengan dia…,” pinta Nabi Adam.

“Beranikah engkau membayar mas kimpoinya?” Allah swt., bertanya.

“Berapakah mas kimpoinya?” tanya Nabi Adam.

“Mas kimpoinya, engkau membaca shalawat kepada yang mempunyai nama “Muhammad Saw” sepuluh kali.”

“Jika kulakukan itu, apakah Tuhanku telah mengawinkan dia dengan aku?”

“Benar demikian.”

Kemudian Nabi Adam membaca shalawat sepuluh kali kepada Nabi Muhammad SAW.
Ada qaul (pendapat) yang lain berpendapat bahwa Nabi Adam membaca shalawat sebanyak 100 kali dalam satu tarikan napas.

Saat baru sampai tujuh puluh bacaan shalawat, napas Nabi Adam terputus.

Lalu Allah SWT berfirman, “Tidak apa-apa, Wahai Adam. Shalawat yang sudah engkau baca itu sebagai awal mahar. Dan sisanya itu menjadi tanggunganmu.”

Oleh sebagiam kalangan ulama, kisah ini dijadijan salah satu referensi tentang pembayaran mahar bagi calon suami kepada calon istrinya, yang dilaksanakan secara diangsur, tidak kontan sekaligus.

Bait qasidah yang disusun oleh seorang ulama ahlil bait disudahi di mana Junjungan Nabi disebut sebagai "man kallamahul ghazalah" yakni orang yang kijang berkata-kata dengannya. Mukjizat Junjungan s.a.w. sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abu Nu`aim dalam kitabnya "al-Hilyah", diceritakan bahawa seorang lelaki lalu di hadapan Junjungan s.a.w. dengan membawa seekor kijang yang telah ditangkapnya. Allah yang Maha Berkuasa telah menjadikan kijang tersebut apabila melihat Junjungan s.a.w. terus berkata-kata dengan baginda, katanya: "Wahai Pesuruh Allah, sesungguhnya aku ada beberapa ekor anak yang masih menyusu, dan sekarang ini aku sudah ditangkap, sedangkan mereka sedang kelaparan. Oleh itu, harap perintahkan orang ini melepaskan aku supaya aku dapat pergi menyusukan anak-anakku itu, dan sesudah itu aku akan balik semula ke mari." Bersabda Junjungan s.a.w.: "Bagaimana halnya kalau engkau tak balik ke mari lagi ?" Jawab si kijang: "Kalau aku tidak balik ke mari, nanti Allah ta`ala akan melaknatkan aku sebagaimana Dia melaknat orang yang tidak mengucapkan sholawat kepadamu apabila disebut namamu di sisinya." Lalu Junjungan s.a.w. pun bersabda kepada orang yang menangkap kijang itu: "Lepaskanlah kijang ini buat sementara, dan aku jadi penjamin baginya." Kijang itupun dilepaskan, dan kemudian ia kembali semula ke situ. Melihat mukjizat ini, maka si penangkap kijang tersebut terus membebaskan kijang itu agar ia kembali kepada anak-anaknya. Maka turunlah Jibril a.s. seraya berkata kepada Junjungan s.a.w.: "Wahai Muhammad, Allah mengucapkan salam kepadamu dan Dia berfirman: "Demi kemuliaanKu dan kehormatanKu, sesungguhnya aku lebih kasihankan umat Muhammad daripada kijang itu kasihankan anak-anaknya, dan Aku akan kembalikan mereka kepada mu sebagaimana kembalinya kijang itu."
Inilah antara mukjizat Junjungan s.a.w., binatang liar berbicara dengan menepati janji yang telah diberikan kepada Junjungan s.a.w. Tidakkah kita merasa malu, mengaku umat baginda tetapi engkar terhadap ajaran baginda serta tidak merasa rindu terhadap baginda dan kurang mengingati baginda.

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar