KESEMPATAN KEDUA


Hari dimana seluruh siswa kelas  6 Sekolah Dasar dan setingkatnya se-Indonesia akan diuji telah datang, hari itu menentukan apakah mereka akan LULUS atau TIDAK LULUS. Kebanyakan siswa takut akan hari itu, tapi Tunggal tidak takut, bukan karena sudah siap, tapi dia meremehkannya dan malas-malasan saja.
“ Hari ini ujian pertama, pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, kalian siap?” ujar Pengawas Ujian
“ Siap “ teriak anak-anak
Tidak terasa waktu berjalan cepat, pengawas memberikan peringatan,
                “ 10 menit lagi “
                “ Waduh, waktunya tinggal 10 menit lagi, makanya aku masih banyak soal yang belum dijawab, apa lebih baik nyontek aja yah? “ Ucapku dalam hati
                “ Ah, tidak, nggak baik, lagian kan masih ada waktu, kalau nggak bisa tinggal kira-kira aja ” Kata Tunggal pasrah.
Teng-teng-teng
                “ Waktu Ujian untuk pelajaran Bahasa Indonesia selesai, silahkan soal dan jawaban dikumpulkan ke depan “ Kata Pengawas Ujian.
Setelah pulang, Tunggal berbincang-bincang dengan temannya tentang ujian tadi pagi
                “ Tadi, kamu bisa mengerjakan semua soal? “
                “ Iya, walaupun ada yang bingung “ Jawab teman Tunggal
“ Tadi, kamu nomer 23 jawabannya paragraf apa? “ Tanya Tunggal
“ ya tentu paragraf Deduktif”
“ yah, berarti aku salah dong”
“ Emang kamu jawabannya apa sih?” teman Tunggal balas bertanya
“ Paragraf Induktif ”
Perbincangan mereka berlanjut, Tunggal semakin khawatir dengan nilai yang akan diperolehnya, karena banyak jawaban yang berbeda dengan temannya.
Begitu juga untuk pelajaran Matematika dan IPA, Tunggal merasa tidak akan lulus tahun ini, sekarang, dia hanya bisa pasrah dan berdo’a kepada Allah agar bisa lulus dan diberi nilai tinggi.
                “ Hari pengumuman kelulusan sebentar lagi, jadi Ibu mohon kalian banyak berdo’a agar diberikan yang terbaik, dan sekarang kita akan menentukan kalian akan tampil apa diperpisahan kali ini “ Kata wali kelas mereka.
Kebetulan Tunggal mendapat jatah pidato, dia makin tegang jika memikirkan hasil ujian yang akan diperolehnya. Hari pengumuman kelulusan telah tiba, Tunggal yang mendapat giliran pidato maju kepanggung, dia berusaha untuk menenangkan dirinya.
                “ Acara selanjutnya pengumuman kelulusan siswa, Alhamdulillah semua lulus 100 % “ Ucap kepala Sekolah
                “ Syukurlah... ” kata Tunggal sedikit lega
                “ Tapi, kalau nilainya sedikit, nanti nggak bisa masuk Sekolah Negeri dong” kata seorang siswa yang mendengar ucapan Tunggal tadi
                “ Iya, betul itu, kalau lulus dengan hasil memuaskan tentu akan senang, nah kalau nilainya sedikit, ya bingung sendiri mau ngelanjutin sekolah di mana?” kata teman Tunggal lainnya
                “ ya, sih... Tapi kan bisa nyogok agar bisa sekolah ” kata Tunggal bergurau
                “ Sudah jangan ribut, dengerin kepala sekolah mau ngomong apa “
                “ Di kertas ini sudah ditulis 3 siswa yang masuk 3 besar sekolah, kira-kira siapa yah? “ Kata kepala sekolah, membuat tegang siswanya
                “ yah paling-paling ya Ozi, Amin, sama Puji “ kata Tunggal
                “ Emang siapa lagi? “ jawab temannya
                “ Dimulai dari rangking III, rangking III diraih oleh Nur Alif Restu Fauzi, dengan jumlah nilai 25,25                             rangking II diraih oleh Eri Puji Setiawan, dengan jumlah nilai 26,00 ”
                “ Hehehe, tebakanku 67 % benarkan?, kalau yang rangking I Ammin, berari tebakanku benar 100 % “ kata Tunggal sombong
                “ Iya deh, percaya.. “
                “ Dan, rangking I, diraih oleh... ananda Tunggal Sae Indrawa Rokhmat, dengan jumlah nilai 26,85. Selanjutnya akan dibacakan nilai-nilai yang diraih oleh setiap siswa, mulai dari absen 1 “ kata kepala sekolah
                “ Eh, ternyata kamu Nggal, yang rangking I, selamat yah “ ucap teman-temannya
Setelah semua siswa telah dibacakan nilainya semua gembira karena semua lulus dengan hasil yang cukup memuaskan, kepala sekolah dan guru-guru juga mengucapkan selamat kepada semua siswa, dan mereka saling bermaaf-maafan sebagai tanda syukur kepada Allah S.W.T
                “ Memang kuasa Allah S.W.T tidak ada batasnya, aku yang hanya bermalas-malasan, ternyata Allah menakdirkan hasilnya bagus. Pasti ini kesempatan kedua yang Allah berikan, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatanku berikutnya “ Kata Tunggal menyesal, dan bertekad.

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar